Tan Malaka merupakan salah satu
pahlawan Indonesia yang lahir di Nagari
Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima
Puluh Kota, Sumatra
Barat, pada tanggal 2
Juni 1897. Tan Malaka mempunyai nama lengkap Sutan
Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka, ia lahir dari sepasang suami istri yang
bernama HM. Rasad dan Rangkayo Sinah. Dimasa kecilnya, Tan Malaka merupakan
sosok yang cerdas dan gemar mempelajari ilmu agama, bermain sepak bola, serta
pencak silat. Ia melanjutkan pendidikan di Belanda pada tahun 1913 di di
Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah). Dimasa kuliah, ia
tertarik dengan ilmu revolusi setelah membaca buku de Fransche Revolutie, dimana pengetahuan mengenai revolusi semakin
meningkat. Selain itu ia juga tertarik untuk mempelajari paham komunisme dan sosialisme sehingga banyak
membaca buku-buku karya Karl
Marx, Friedrich
Engels, dan Vladimir
Lenin. Tan Malaka tertarik untuk menjadi
salah satu angkatan perang Jerman karena banyaknya pengetahuan yang ia dapatkan
tentang Jerman, namun pada saat mendaftar angkatan perang Jerman ia ditolak
karena angkata perang tersebut tidak menerima orang asing. Setelah beberapa
waktu kemudian, Tan malaka bergabung dengan Asosiasi Demokratik Sosial Guru
atau yang disebut dengan SDOV (Sociaal
Democratische-Onderwijzers Vereeniging)
dan lulus pada November 1919.
Perjalanan Hidup Tan Malaka
Ia kembali ke desa tempat asal setelah lulus. Ia menjadi pengajar bagi anak-anak dan menulis beberapa propaganda, salah satunya pada media massa. Tan malaka juga membuka sekolah yang disebut dengan Sekolah Rakyat di Semarang atas bantuan Darsono yang merupakan Tokoh Sarekat Islam. Sekolah Rakyat tersebut memiliki kurikulum seperti Uni Soviet.
Seumur hidupnya Tan Malaka tidak pernah menikah karena perhatian untuk
bangsa Indonesia sangatlah besar. Meskipun demikian, Tan Malaka pernah tiga
kali jatuh cinta yaitu dengan gadis Belanda, Filipina, dan Indonesia yang
merupakan siswi disekolahnya yang bernama Syarifah Nawawi.
Kematian Tan Malaka
Kematian Tan Malaka tanpa dibuat laporan dan pemeriksaan lebih lanjut.
Ia dieksekusi mati oleh Suradi Tekebek, orang yang diberi tugas oleh Letnan
Dua Soekotjo dari Batalion Sikatan, Divisi
Brawijaya, pada tanggal 21 Februari 1949.
Karya-Karya Tan Malaka
Permasalahan pada karya-karya Tan Malaka dilatarbelakangi oleh kondisi rakyat, kebudayaan, sejarah serta kondisi nusantara pada masa itu. Salah satu karya Tan Malaka adalah buku yang berjudul Madilog.
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan
ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar
dan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia.
Madilog ditulis selama kurang lebih 8 bulan secara sembunyi-sembunyi dan
diberbeda tempat, karena tempatnya pada saat itu sering diperiksa dan digeledah.
Tulisan-tulisan yang mengandung propaganda-propaganda merupakan salah satu
alasannya. Buku ini menggambarkan pada paradigma berfikir masyarakat Indonesia
pada masa itu yang lebih kearah mistis/tahayul, cara pandang tersebut oleh Tan
Malaka disebut logika mistika. Sehingga Tan Malaka mengarahkan masyarakat agar
menggunakan pemikiran logika dialektika yang mengedepankan rasionalitas dalam
berpikir serta mengandalkan metode saintifik untuk memecahkan suatu
permasalahan tertentu atau mengambil suatu keputusan yang ditulisnya dalam buku
tersebut.
Untuk lebih jelasnya, silahkan download buku Madilog pada link berikut ini Link Buku Madilog
Selain Madilog, ada juga karya yang berjudul Aksi Massa, silahkan untuk
mendownload nya pada link berikut ini Link Buku Aksi Massa
Karya-karya Tan Malaka yaitu :
- Aksi Massa
- Menuju Merdeka 100 Persen
- Gerpolek (Gerilya-Politik-Ekonomi)
Selain dari tiga yang sudah disebutkan masih banyak lagi karya-karya Tan Malaka, pemikirannya yang sangat menarik serta gagasannya sangat berkontribusi bagi bangsa Indonesia.